Sunday, December 9, 2018

BICARA TENTANG DOMINGGO LALU


Hai, sahabat?
Kali ini kubahas tentang sebuah kisah dominggo laluku. Mari simak!
Seorang tuan diwaktu itu mengirimkan sebuah sajak kepadaku dan mulailah kubalas sajak tersebut, dan akan kubagikan kepada kalian. Semoga kalian menikmati!!

Begini sajak yg tuan itu kirimkan:

Hai puan
Hari dominggo ini aku mendengar guntur menggelegar berserta petir dilangit sana
aku di bawah sini menunggu hujan
tapi langit melewa ragu-ragu menurunkan hujan

apa langit tidak sadar bahwa bumi sudah lipu?
bumi menunggu langit menurunkan hujan
untuk membersihkan mazmumah di diri manusia

hai langit apa kau dengar aksara ini yang kubuat sambil duduk memandangmu dibawah sini?
jangan! jangan kau bersifat apatis seperti manusia di atas sana
aku harap kau mendengar aksaraku ini.

aku diriku lara melihat manusia merasani dan meng-gunjing
bisakah manusia berfikir logis tanpa plintat-plintup

hai puan sudah sampai disini dulu, aku capai
-Letidaktahuapa-apa
9 des 2018

Dan setelah tuan mengirimkan sajak ini aku mulai membuat sajak balasan, yg berbunyi :

Hai tuan!

Sudah kubaca aksaramu itu. Kuharap pintamu segera disemogakan, dan kupastikan langit mendengarnya. Beratapkan kesamaan namun berbeda suasana, disini sama sekali tak kudengar guntur dan petir yg kau suarakan. Cukup mendung yg amat murung, sembari kudengar suara rintih menggerutu.

Kupikir langit sedang marah kebumi, sampai sampai dia menahan tangisnya yg hebat.
atau langit tida ingin memperlihatkan kesedihannya. Namun yg kutau meski sakit dia selalu turun kebumi dan kembali kepelukan bumi. Benar seperti katamu bumi mulai lipu, dan kuharap jua dengan segera turunkan rintik itu! Agar mereka kembali bersama, Kami butuh rintik itu untuk menghidupkan sisi gelap bumi, dan mematikan sisi jahat manusia.

Diriku pun lara melihat akhlak para khalayak yg taklayak. Kenaifan merajalela. Keadilan yg tak adil. Penistaan agama. Dan berbagai macam problematika, aku yg hanya bisa menonton dgn monoton ini semua cukup basi ditelingaku.

Hai langit apa kau melihatku jua? Berbeda dengan tuan yg menatapmu mesra. Diriku disudut ruang yg hanya menatap langit plafon. Kuharap sikapmu pun hangat layaknya mie rebus kuah sedikit yg kusuka, dan jangan dingin seperti indomaret kala hujan.

Hehe. Sudah ya, aku mau nonton indosiar
-nizakravk

Nah begitulah cerita singkat dominggoku, jika kalian memiliki saran mari isi dikolom komentar yaaa. akan kubalas dan kuresapi dengan baik.

Artikel Terkait

BICARA TENTANG DOMINGGO LALU
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email